Langsung ke konten utama

PART 1. Tangis yang Belum Usai

 

Gambar: Perempuanriang.com

Malang, LAPMI - Malapetaka apa lagi ini Tuhan? nama ku Rindu, perempuan yang menjual harga diri tapi martabat aku junjung tinggi dan catat bukan sembarang orang aku temani. Aku lahir sebatang kara tidak mengenal siapa orang tuaku, dulu pernah di ceritakan oleh pengasuh bahwa aku menangis didepan rumah yatim pada jam 02:15 WIB menjelang subuh hanya baju dan celana yang ku punya tidak ada apa-apa selain itu dan dari situ aku akan memulai cerita ini, mungkin akan lebih banyak aku singgung kata yang kurang sopan dengan itu aku meminta maaf pada pembaca tulisan ini.

Tiga jam setelah kejadian aku mulai dirawat, dibilas dan diberikan susu yang sebenarnya dengan umurku yang dini belum bisa menikmati susu dengan lebel khusus bayi, karena umurku waktu itu baru 1 bulan yang seharusnya aku harus menikmati asi dari ibuku yaaa walau demikian aku masih tetap  menangis histeris, sekerasa apapun juang pengasuh baruku akan lebih nikmat bila hanya dipeluk oleh ibu, tapi apa daya anak sebatag kara mengharapkan kasih dan sayang dari ibu seperti buih di lautan yang tak terhitung sampai akhir zaman kemustahilan yang sungguh mustahil terjadi.

10 tahun berlalu kejadian itu terulang kembali aku menangis sejadi-jadinya aku akan di asuh oleh orang baru lagi, walau aku tidak tahu apa maksud dari mereka entah baik atau buruk firasatku tetap harap harap cemas dengan pengasuh baruku nanti, aku enggan dengan orang baru lagi lebih baik aku berdikari dari pada dikekang sampai mati. Waktu kesepakatan sudah hampir selesai aku sebentar lagi meninggalkan orang-orang yang merawatku, membesarkanku dan mencintaiku. Kesepakatan antara kedua belah pihak entah yang diuntungkan pihak pertama atau pihak kedua sama saja bagiku karena aku tidak dilibatkan dalam kesepakatan itu, kesepakatan yang tidak melibatkan orang yang akan di asuh adalah kebaikan yang tertunda. Aku berontak menangis sejadi–jadinya meluapkan segala emosi sedari 10 tahun yang lalu aku simpan baik baik dalam hati, tapi sayang upaya itu gagal karena sekejap aku terlelep meratapi dinginya ac mobil pengasuh baruku.

Sesampai dirumah aku terbangun, melihat rumah didepan mata tidak seperti cerita pengasuh saat berdongeng didepan aku dan teman-teman yang lain, tapi aku bisa apa? hanya bisa menyimpan khayalan menikmati fasilitas lebih, mobil yang kita tumpangi ternyata bukan milik sendiri bagaimana tidak rumah dengan lebar 4 meter2 bisa punya mobil sendiri, untuk bagasi saja tidak cukup apalagi untuk memiliki. Perempuan yang ada disebelah kananku meminta agar aku memaggilnya mama, cirikhas orang pinggiran berusaha menjadi orang kota (an) dan lelaki tinggi semampan yang menyetir saat kami pulang aku diminta memanggilnya bapak. Masuk ke dalam rumah sempit membuat otak terhempit nafas terengah-engah dengan lantai beralaskan tanah, baju, celana, pakain dalam ada dimana-mana berentakkan ya Allah ekspetsi jauh dari realita sugnguh ini nyata bukan hanya ada dalam fantasiku saja. Aku kaku menginjakkan kaki dilantai tapi apa boleh buat rumah baru yang harus ditempati aku yang mungil dengan orangtua baruku yang senantiasa akan selalu ada disampingku, aku akan terima ini dengan lapang kareana mungkin ini adalah cobaan yang kesekian kali. Rasa tak percaya sebenarnya ada, ahhh mungkin hanya permainan mereka agar aku tetap sabar dengan kondisi dunia yang semakin hari semakin fana.

3 sampai 4 bulan berlalu ternyata tetap sama, aku mulai adaptif dengan kondisi lingkungan baru yang semula aku merasa ada grean disign di balik ini semua ternyata hanya fatamorgana. Lagi, lagi dan lagi yang kesian kali aku merasa bahwa Tuhan itu tidak adil tidak pernah mau mendengarkan setiap untain kata dengan penuh hikmad aku lantunkan, mengapa takdir begitu kejam? anak seusiaku saja merasa ketidakadilan dari Tuhan apalagi orang-orang diatasku sungguh pilu bagi mereka yang tidak mampu bertahan. Dengan frasa apalagi ini Tuhan? kejam dunia kusaat ini tapi aku rasa dari pertama aku lahir di muka bumi sampai pada detik ini tidak pernah aku merasakan kenikmatan hidup, kasih sayang dari orang tua dan aapun yang membuat manusia normal tersenyum tidak pernah singgah sekalipun dalam benatku apalagi nyata. Tuhan !!!!!!!!! hamba sudah menyerah, ambil kembali hamba mu ini wahai Tuhan lebih baik hidup di pangkuanmu dari pada menderita begini walau dalam qalam tersuratkan Engkau lebih dekat dari urat nadi tapi dengan umurku demikian apakah mampu melihat yang tersirat?

Waktu berlalu begitu cepat bukan karena aku menkmati lingkungan sekitar yang memaksa aku untuk adaptif melainkan karena keterpaksaan, pagi berangkat sore baru bertemu dan malam terlelap. Sejauh kaki melangkah mata menatap semua disekeliling dengan gedung gedung tinggi teramat tinggi mungkin dongeng raksasa pada tempo dulu tidak akan bisa menggapai dengan mudah kami yang kerdil seperti ini kapan baru bisa menkmati fasilitas itu, apakah karena kami kerdil dan mereka raksasanya? dan hanya raksasa saja yang mampu menikmati itu? Ahh sudahlah kamu jalan saja seperti itu kamu akan jadi raksasa yaaa walau bagi dirimu saja, karena untuk orang lain itu sangatlah mustahil walau tangisanmu sekreras petir dan air mata yang turun dari mata seperti hujan takaakan mampu untuk mematahkan kaki raksasa dan mendenger apa yang menjadi kepedihanku. Sekejap aku berhenti karena mentari terlalu ganas, aku melihat 2 orang sedeng asyik bicara, pembicaraan yang amat serius mereka bertengkar ide bahwa tanah diujung tempat tinggalku akan di reklamasi dan rumah kita akan tergusur. Aku berpikir sejenak kejadian itu, kepalaku mulai berbintang-bintang, muncul banyak pertanyaan dikepalaku apakah mungkin rumahku termaksud yangakan di reklamasi itu? Tapi itu mungin terlalu jauh, apa sebenarnya reklamasi? Apakah itu semacam taman bermain untuk anak-anak? Atau tempat tinggal baru bagi aku dan orangtuaku? Aku sedikit tersenyum bila itu terjadi, bisa bermain dengan aneka permainan, rumah baru dan lingkungan baru. Melanjutkan pembicaraannya, kedua orang itu seketika berhenti dan meneteskan air mata, aku memberanikkan diri untuk bertanya, kenepa dengan pembicaraan sendiri bapak berdua sampai bersedih dan meneteskan air mata? Dengan nada sedikit rendah dan membilas air mata yang jatuh salah satu dari mereka menjawab, “Nak suatu hari nanti kamu akan mengerti apa maksud dari air mata kami ini” dengan kalimat penutup itu aku kebingungan mereka melangkah pergi aku menatap sampai tidak nampak lagi kedua orang tua itu mereka berpisah di lorong dekat mushola tempat peribadatan orang-orang kampungku dan seketika aku berada di rumah.

Ma, kenapa dengan saya? “kamu pingsan nak jawab mamaku”

Penulis: M. Agus Prawoto

Editor: Reny Tiarantika

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hadiri Pelantikan Pengurus MD KAHMI Kota Malang, Menko PMK RI: KAHMI Malang Harus Bisa Memberi Arti Peranannya di Malang Raya

Dokumentasi : Rafindi  Malang, LAPMI  - Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) RI Muhadjir Effendy menghadiri pelantikan Majelis Daerah (MD) KAHMI Kota Malang Periode 2021-2026, terhitung sebanyak 67 orang yang telah dilantik oleh Majelis Wilayah (MW) Korps Alumni HMI (KAHMI) Jawa Timur. Pelantikan tersebut berlangsung di Regents Park Hotel, pada Minggu (30/01/2022). Selain Menko PMK RI, pelantikan tersebut juga dihadiri oleh Sekretaris Jenderal Presidium MN KAHMI Manimbang Kahariady, Presidium MW KAHMI Jawa Timur Edy Purwanto, Wali Kota Malang Sutiaji, Ketua DPRD Kota Malang I Made Rian Diana Kartika beserta para tokoh dan tamu undangan lainnya. Dalam momentum pelantikan yang bertemakan "Berperan Aktif dalam Kemaslahatan Publik di Era Disrupsi" tersebut, Muhadjir Effendy berkesempatan untuk memberikan pidato kebudayaan. Saat pidato berlangsung Muhadjir berpesan Kepada jajaran Pengurus MD KAHMI Kota Malang yang baru saja dilantik, bahwa KAHMI merup

HMI Komisariat Unitri Sukses Gelar Basic Training

Dokumentasi: HMI Komisariat Unitri Malang, LAPMI - Himpunan Mahasiswa Islam, Cabang Malang, Komisariat Unitri, Universitas Tribhuwana Tunggadewi Sukses gelar Basic Training (Latihan Kader 1) dengan tema "Terbinanya Kepribadian Muslim yang Berkualitas Akademis, Sadar Akan Fungsi dan Perannya dalam Berorganisasi Serta Hak dan Kewajibannya Sebagai Kader Umat dan Kader Bangsa". Kegiatan tersebut dilaksanakan di Graha Yakusa, Desa Banjarejo, Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Malang. pada tanggal 05 sampai 07 November. Minggu, (07/11/2021)  Agus Salim sebagai PJ ketua pelaksana menyampaikan, sebanyak 30 kader Komisariat Unitri yang telah mengikuti LK dan ada 5 peserta dari komisariat lain yang juga menitipkan kadernya, jadi total peserta forum ada 35 kader yang mengikuti Basic Training pada tahun ini. "Alhamdulillah ada 30 Kader asli komisariat Unitri yang telah mengikuti LK pada tahun ini, dan ada juga beberapa kader titipan dari komisariat lain, yaitu Komisariat Mulla Shadra d

Gelar Basic Training LK 1, HMI Komisariat Mulla Shadra Tekankan Aspek Cinta Kader terhadap Organisasi

Dokumentasi: lapmimalang/ Rafindi Malang, LAPMI- Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)  Cabang Malang Komisariat Mulla Shadra mengadakan kegiatan Basic Training Latihan Kader 1 (LK 1). Minggu, (21/03/2021). Kegiatan LK 1 kali ini dilaksanakan di Graha Yakusa Jln. Hasyim Asyari Kec. Pagelaran, dengan mengangkat tema "Terbinanya kepribadian muslim yang berkualitas akademis, serta sadar akan fungsi dan perannya dalam organisasi". Kegiatan Basic Training tersebut dilaksanakan selama tiga hari dari Jum'at - Minggu tanggal 19 - 21 Maret 2021 dengan peserta sebanyak 16 orang. Sekretaris pelaksana Mimin Sulastry mengatakan dasar mengangkat tema ini dengan alasan agar kader lebih menumbuhkan rasa cinta terhadap organisasi dan dapat berproses dengan baik serta kedepannya kader-kader yang telah mengikuti LK 1 ini lebih sadar akan fungsi dan perannya. "Harapan kedepannya kader tetap berproses karena mereka akan menghadapi beberapa macam tantangan karena ini baru permulaan nanti kedep