Malang, LAPMI - Rintik hujan mewakili rindunya pada seseorang. Pikirannya terbang jauh menembus awan gelap. Termenung di balik jendela menatap tiap tetes air yang jatuh membasahi bumi. sudah lama ia tidak bertemu dengan pujaan hatinya. "Dia jauh di mata namun akan tetap dekat di hati dan juga doaku" bisiknya.
Melda hanya seorang anak biasa yang hidupnya sederhana. Awal pertemuannya dengan Pian saat meraka sekolah di tempat yang sama. Pian adalah teman sekelompok waktu ospeknya dan setelah melalui banyak pendekatan akhirnya mereka jadian.
Seiring berjalannya waktu mereka mulai sibuk dengan urusan masing-masing bahkan untuk bertemu semakin sulit. Melda sibuk dengan urusan kuliahnya sedangkan Pian juga sibuk dengan kuliahnya. Melda sudah lupa kapan terakhir dia bertemu dengan Pian kekasihnya itu. Bahkan yang membuatnya semakin gelisa karena komunikasi antara mereka yang sudah mulai jarang dilakukan. "Aku sangat ingin tahu kabarnya, tapi aku tidak ingin menghubunginya duluan, aku tidak mau mengganggu urusannya" Kata Melda dalam batinnya.
Sempat terpikir di hatinya mungkin Pian sudah melupakanya atau bahkan menjauhinya, tapi dia berusaha menepis rasanya itu, yang mampu dia lakukan hanya berharap Pian kan baik-baik saja."Hmmm hujannya sudah berhenti yah" katanya. Melda segera beranjak dari tempat duduknya lalu kembali merebahkan tubuhnya ke atas tempat tidur. Sambil menatap Langit-langit kamarnya dia pun mulai terbuai dalam mimpi indahnya.
Alaram handphonen-nya berbunyi yang membuatnya terbangun dari tidurnya, itu tandanya ia harus melaksanakan shalat subuh. Karena sudah memasuki musim hujan, air yang ia pakai berwudhu sangat dingin. "Brr...dingiiin sekali" sambil merinding. Sehabis shalat, Melda segera membersihkan kamarnya hari itu dia ada jadwal kuliah. pagi yang tidak secerah seperti bisannya, matahari nampak tertutup oleh awan-awan yang mendung. Hawa dingin masih menusuk kulit sisa hujan semalaman. "Mungkin hari ini akan kembali turun hujan, aku harus segera berngkat ke kampus", sambil bersiap-siap ia berpamitan kepada kedua orangtuanya dan adik bungsungya.
"Kamu tidak sarapan dulu sayang?" tanya Ayahnya. "Tidak ayah, Melda nggak sempat, lagian mau turun hujan", sambil memakai sepatu ia pun melangkah ke luar ruamah. "Sayang payungnya jangan lupa" teriak ibunya. "oh iya makasih bu" kata Melda sambil memasukkan payung ke dalam tasnya dia pun berangkat naik angkutan umum.
Sampai di kampus tepat waktu, Melda pun mulai mencari-cari ruangannya. "Win... tunggu!" teriak vina dari kejauhan sambil berlari. Sambil menoleh dia pun menunggu temannya itu. "Win, kamu jalannya langkah seribu cepat banget!" sambil mengatur napas. ''Ya iyalah nanti kalau jalannya kayak cinderella kapan sampainya ujung-ujungnya telat lagi ucapnya sambil terus berjalan. "iya-iya" ucap Vina.
Mata kuliah hari ini telah selesai, akhirnya Melda bersiap-siap untuk ulang. "Yah di luar hujan gimana nih Win?" ucap Vina. "kamu kan dijemput jadi tidak masalah kan" jawab Melda. "Iya tapi kan kita harus jalan ke gerbang dulu". "Aku bawa payung kok yuk!" sambil mengeluarkan payung dari tasnya. "Horee, yuk!" ucap Vina sambil menggandeng Melda, aku duluan tidak apa-apa kan?" tanya Vina. "Iya tidak apa-apa aku juga mau naik angkutan umum tuh" sambil menunjuk sebuah mobil. "Ok bye Melda" ucap Vina sambil berlari. ''Bye" Melda pun segera menaiki angkutan umum dan mobil pun melaju.
"Hujannya lumayan deras" batinnya. Melda mulai memperhatikan hujan yang turun di atas mobil yang dinaikinya.
Biasanya dia bisa melihat senja tapi kali ini sebaliknya. Sebagian orang yang di dekatnya sibuk dengan urusan masing-masing, ada yang sibuk dengan urusan masing-masing. Ada yang sibuk bercerita, main handphone, hingga ada yang sampai ketiduran saking ngantuknya. Di pinggir jalan Melda melihat anak-anak yang sedang berlarian sambil hujan-hujanan dengan ceria. "Hmm akiu rindu masa-masa itu" gumamnya sambil tersenyum tipis.
"Assalamualaikum" teriakan di balik pintu. "Walaikumsalam" ucap ibu sambil membuka pintu. "Kamu sudah pulang, ya kamu jangan lupa shalat dulu baru makan yah sayang" ucap ibunya. "iya bu" sambil melangkahkan kakinya menuju kamar. "Hmm hari ini hujan terus, tapi aku juga menyukainya. Hujan yang membawa kedamaian dan juga rahmat-Nya". Melda pun bersiap-siap melaksanakan kewajibanya. Setelah selesai dia pun menuju dapur "Huaa.. aku lapar sekali gara-gara tidak sarapan dan tidak sempat jajan di kampus'' sambil mengusap perutnya. "Wah.. ada makanan kesukaanku alhamdulillah'' Melda pun makan dengan lahapnya.
Melda pun kembali ke kamarnya dan berniat menulis sesuatu. "Suasana dingin karena hujan membuatku terinspirasi saat ini" gumamnya. Dia pun membuka laptop dan mulai memainkan keyboard, dengan lincah jemarinya menekan tombol demi tombol entah apa yang ada dipikirannya.
"Ini kisah cinta yang rumit bagiku aku mencintainya. Seseorang yang bagiku akan tetap menjadi satu-satunya di hati kecilku. Apapun yang dia lakukan sangat berarti, sangat berkesan bagiku. Inikah cinta yang tulus? Kuharap bukan cinta yang membodohi diri. Aku mencintainya dan akan tetap seperti itu. Berapa banyak yang mengusik dan merayu aku tidak peduli. Tetap dia dan selalu namanya terukir indah disana dalam hatiku".
Sepenggal paragraf yang Melda tulis dalam karangannya mewakili perasaannya saat itu.
Penulis: Dhon_Max
Editor: Reny Tiarantika
Komentar
Posting Komentar