Malang,LAPMI - Himpunanan Mahasiswa Islam
sudah menginjak usia yang tak cukup muda
bagi ukuran manusia 75 tahun HMI sudah melahirkan banyak kader umat kader
bangsa dengan menyongsong asas islam bagi setiat kader HMI pertentangan dan
pergelokan sudah kita lewati pada saat ini dimana dulu banyak pergolakan
ideologi di tubuh Himpunan bahkan banyak darah yang mengalir atau tumpah
disetiap tubuh kader HMI tapi itu tak melemahkan spirit juang kader, bahkan kader HMI mengeluarkan banyak karya
seperti Cak Nur dan Ahmad Wahib yang gagasannya sampai sekarang dapat kita
nikmati bersama bagi setiap kader HMI pada saat ini.
Hal ini dapat kita lihat ketika
kongres HMI melahirkan banyak karya seperti Nilai-Nilai Dasar Perjuangan (NDP)
yang sampai saat ini menjadi ide cemerlang bagi tubuh Himpunan. Kader umat yang
disematkan pada setiap individu kader bukan hanya symbol yang harus di perjual
belikan di pasar politik pada saat ini tetapi lebih dari pada itu nilai-nilai
keislaman yang harus kita kokohkan sebagai organisasi kader yang peka akan
persoalan umat. Kader bangsa bukan symbol untuk melahirkan para koruptor atau
kapitalis pada saat ini tetapi lebih dari pada itu harus menjaga keutuhan
bangsa lebih-lebih persoalan hak asasi manusia.
Saat ini kita bisa melihat
persoalan umat dan bangsa tak lagi menjadi persoalan urgen di tubuh
Himpunan dimana politik identitas yang
diterapkan didalam tubuh HMI membuat degradasi yang berkepanjangan sehingga
membuat pola kaderisasi merosot secara drastis kita sebagai kader tertiup angin
identitas itu tak berdaya layaknya sampah yang hanya ikut arus. Merefleksi
kembali sejarah berdirinya HMI yang di pelopori Lafran Pane sekaligus keresahan
yang beliau rasakan pada saat itu dengan adanya krisis keseimbangan di
perguruan tinggi dan mahasiswa di karenakan persoalan nilai-nilai keislaman
yang tidak ada dalam diri mahasiswa pada saat itu sekarang keresahan yang
Lafran Pane rasakan berkepanjangan di tubuh HMI dimana persoalan kaderisasi tak
lagi berbicara tentang dasar keislaman diskusi tuhan menebar di setiap sudut
warung kopi tetapi mengenal islam secara kaffah tak lagi jadi bahan
perbincangan padahal HMI didirikan untuk memperkuat nilai-nilai keislamaan yang
menjadi keresahan Lafran pane ketika menjadi Mahasiswa.
Seandainya Lafran Pane bisa bangun
dari kuburnya lalu melihat kader HMI
pada saat ini mungkin beliau akan menangis ketika persoalan keislaman tak lagi
di hiraukan akibat jabatan yang menjadi orentasi pertama dalam kaderisasi
himpunan, kita bisa buktikan ketika PB HMI melakukan dualisme disana kita
dipertontonkan bagaimana nafsu berkuasa menjadi rebutan manis sekarang HMI tak
lagi muda dan tak pantas untuk dijadikan orentasi kekuasaan sama halnya yang
disampaikan oleh Fachry Ali, seorang tokoh HMI dari cabang ciputat yang dikenal
sebagai pengamat politik dan keagamaan beliau mengkriktik HMI melalui artikel
yang dia tulis dengan judul MENGUAK MITOS HMI dalam artikelnya dia mengatakan
harapan-harapan apakah yang ditawarkan HMI bagi umat islam dan bangsa
Indonesia, ketika HMI didirikan 5 februari 1947. Pertanyaan tersebut bisa
direfleksikan kembali untuk melihat perkembangan HMI dimasa kini lebih-lebih
kader yang masih peduli akan persoalan kaderisasi jangan sampai kondisi islam
dulu yang menjadi keresahan Lafran Pane itu ada dalam tubuh Himpunan sehingga
kader HMI harus peka akan persoalan itu apalagi NDP sebagai landasan ideologi
bagi kader maka perlu kiranya untuk menanam kembali pola kaderisasi yang
menjadi tujuan awal HMI didirikan untuk mencapai masa kemasan dimana
kader-kader HMI banyak melahirkan karya dan peka terhadap persoalan umat dan
bangsa yang sedang tidak baik-baik saja pada saat ini, maka dari itu HMI harus khittah kembali ke awal dimana
gagasan berdirinya Himpunan ini sehingga semangat keislaman dan keindonesiaan
tertanam dalam jiwa setiap kader .
Penulis : M Anwarul Hidayat
Editor : Ai Novia Hasna Afifah
Komentar
Posting Komentar