Ilustrasi: Komitmen.id
Penulis: Nanda Febriana Sari
Seperti Soedirman yang sunyi,
Membantai kekosongan bom Nagasaki,
Menjalar bagai akar serabut tak bertepi,
Menyusuri negeri hingga terdengar teriakan proklamasi,
Kau bagai alat sakti bak pahlawan negeri,
Tanpa suara dan patriarki kau yakinkan pertiwi Indonesia telah berdiri,
Dulu…..dulu sekali,
Sebelum peranmu semakin membabi,
Sebelum konstitusimu kau bunuh mati,
Kau menggali banyak informasi sampai lupa itu hanya fiktif tak berarti,
Katanya berjalan untuk hak asasi negeri,
Nyatanya kau membantai hak asasi dan menciptakan negara diskriminasi,
Kabar kotor tak bertuan konstitusi kau sugukan pada mereka yang tak mengerti,
Kau campurkan fakta dan opini,
Lantas meninggalkan jejak permusuhan hierarki,
Apa kabar peranmu atas raja negeri ini?,
Jika alat penjuru negeri telah rusak hanya demi harga diri.
Membantai kekosongan bom Nagasaki,
Menjalar bagai akar serabut tak bertepi,
Menyusuri negeri hingga terdengar teriakan proklamasi,
Kau bagai alat sakti bak pahlawan negeri,
Tanpa suara dan patriarki kau yakinkan pertiwi Indonesia telah berdiri,
Dulu…..dulu sekali,
Sebelum peranmu semakin membabi,
Sebelum konstitusimu kau bunuh mati,
Kau menggali banyak informasi sampai lupa itu hanya fiktif tak berarti,
Katanya berjalan untuk hak asasi negeri,
Nyatanya kau membantai hak asasi dan menciptakan negara diskriminasi,
Kabar kotor tak bertuan konstitusi kau sugukan pada mereka yang tak mengerti,
Kau campurkan fakta dan opini,
Lantas meninggalkan jejak permusuhan hierarki,
Apa kabar peranmu atas raja negeri ini?,
Jika alat penjuru negeri telah rusak hanya demi harga diri.
Komentar
Posting Komentar