Bulan, yang mana penuh tangis bahagia
Disana, terletak setiap detik berharga
Malam lebih hidup, penuh gemerlap pahala
Tak terasa, inilah malam sesungguhnya
Engkau datang mengetuk pintu hidupku
Kulepas engkau dengan segenap rindu tak berlalu
Jemarimu mendekapku erat, berikan suatu rasa yang tak ingin kulepas
Biarkan aku berada dalam pelukanmu, hingga waktuku terkupas
Pertama, kedua, dan ketiga
Cinta, kasih sayang, ampunan, kemustajaban do'a, tertutupnya pintu neraka, dan terbukanya pintu surga
Tak terlewati setiap hembusan udara penuh aroma bunga
Hadiah pencipta bagi hambaNya
Disana, terletak setiap detik berharga
Malam lebih hidup, penuh gemerlap pahala
Tak terasa, inilah malam sesungguhnya
Engkau datang mengetuk pintu hidupku
Kulepas engkau dengan segenap rindu tak berlalu
Jemarimu mendekapku erat, berikan suatu rasa yang tak ingin kulepas
Biarkan aku berada dalam pelukanmu, hingga waktuku terkupas
Pertama, kedua, dan ketiga
Cinta, kasih sayang, ampunan, kemustajaban do'a, tertutupnya pintu neraka, dan terbukanya pintu surga
Tak terlewati setiap hembusan udara penuh aroma bunga
Hadiah pencipta bagi hambaNya
Biarkan air mata menetes tanpa henti
Sungguh sulit meredam peluru kesedihan
Terbakar dingin meresap dalam relung jiwa raga
Tak henti bergetar antara tangan dan pena dalam menulis ucapan untuk sang bulan
Terpaksa tak rela melepas kepergian
Yang tak hentinya berikan setiap waktunya, untuk kenyamanan
Rasa di mana seorang diri merasakan menjadi manusia sesungguhnya
Dan rasa, melebihi pertemuan antara siang dan malam
Semakin ingin menangis dan terus menangis
Malam ini, buatku menangis
Bulan, andai saja aku bisa mengobrol denganmu sejenak saja
Kan kuceritakan semua kesedihan dan kebahagiaan tentangku, tentang kita, tentang mereka
Sungguh tak rela melepasmu dalam jangka waktu lama
Namun inilah takdir sang Kuasa
Bulan, maafkan diriku belum bisa menghargaimu dengan amalan seperti rumput yang bergoyang, dan para makhluk semesta alam
Dengan sejuta gemerlap bintang di malam terakhirmu, kau membuatku bersujud tangis pada sutradara kehidupan
Bulan, yakinkan nanti, kita kan bertemu lagi
Bersama puisi tak sempurna ini, bawalah aku berdoa pada sang Ilahi
Sungguh sulit meredam peluru kesedihan
Terbakar dingin meresap dalam relung jiwa raga
Tak henti bergetar antara tangan dan pena dalam menulis ucapan untuk sang bulan
Terpaksa tak rela melepas kepergian
Yang tak hentinya berikan setiap waktunya, untuk kenyamanan
Rasa di mana seorang diri merasakan menjadi manusia sesungguhnya
Dan rasa, melebihi pertemuan antara siang dan malam
Semakin ingin menangis dan terus menangis
Malam ini, buatku menangis
Bulan, andai saja aku bisa mengobrol denganmu sejenak saja
Kan kuceritakan semua kesedihan dan kebahagiaan tentangku, tentang kita, tentang mereka
Sungguh tak rela melepasmu dalam jangka waktu lama
Namun inilah takdir sang Kuasa
Bulan, maafkan diriku belum bisa menghargaimu dengan amalan seperti rumput yang bergoyang, dan para makhluk semesta alam
Dengan sejuta gemerlap bintang di malam terakhirmu, kau membuatku bersujud tangis pada sutradara kehidupan
Bulan, yakinkan nanti, kita kan bertemu lagi
Bersama puisi tak sempurna ini, bawalah aku berdoa pada sang Ilahi
Komentar
Posting Komentar